Kamis, 10 November 2016

sejara arjawinangun

A.  Sejarah desa Arjawinangun

   Alam pengembaraannya untuk mencari dan memperdalam agama islam, dua orang Padjajran Raden Walang Sungsang dan adiknya Nyi Rarasantang
Sampai ke Mesir menunaikan ibadah haji. Raden Walang sungsang pulang ke Cirebon dengan sebutan Haji Abdullah Iman, sedangkan Nyi Rarasantang tetap berada di Mesir karena telah bersuamikan Syarif Abdullah seorang Raja Mesir. Berputra dua oranng yaitu Syraif Hidayahtullah dan Syarif Nurullah. Tidak lama kemudian setelah Syarif Hidayatullah dilahirakan, ayahandanya wafat.


Menginjak usia dewasa, Syarif Hidayahtullah berpamitan kepada ibunya pergi ke Cirebon sambil mencari guru untuk memperdalam ajaran Agama Islam. Di Cirebon bertemu dengan uwaknya H.Abdullah Iman atau disebut juga Pangeran Cakra Buana yang telah memiliki seorang putri bernama nyi Mas Pakung wati, dari prnikahannya dengan Nyai Endang Geulis. Syarif hidayahtullah dinikahkan dengan Nyi Mas Pakung wati dan menduduki Keraton Pakung Wati dengan gelar Sultan Syarif Hidayahtullah atas pemberian nama uaknya P.Cakra Buana.

Belum lama di Cirebon, Syarif Hidayahtullah pergi mengembara ke Negri Cina untuk menuntut ilmu dan menyebarkan Agama Islam. Di Negeri Cina Syarif hidayahtullah sangat dihormati oleh masyarakat yang didatangi dan banyak pula yang menganut Agama Islam. Karena dianggap orang sakti dan sangat ramah dengan penduduk.

Pada suatu ketikas tejadi kebakaran di pembakaran keramik, di dalam rumah yang menyala-nyala dilanda api, tak ada seorangpun yang berani menyelamatkan bayi yang masih ada didalamnya. Dengan tenangnya Syarif Hidayahtullah masuk untuk menyelamatkan bayi lewat kobaran api yang menyala. Bayi dapat diselamatkan dengan keadaan segar bugar, begitu pula dengan Syarif hidayahtullah, pakaiannya tidak terbakar sedikitpun. Penduduk terkagum-kagum dan dianggapnya orang sakti.

Peristiwa itu terdengar Kaisar Cina yang menjadikan dirinya gusar dan marah. Maka dibuatlah tipu muslihat, diundanglah Syarif Hidayahtullah ke Istana untuk menebak apakah putri An Liong Tien benar-benar mengandung atau tidak. Dikatakannya oleh Syarif Hidayahtullah bahwa putri tuan besar mengandung. Semula Syarif Hidayahtullah akan menerima hukuman yang berat dari kaisar karena diperut Putri An Liong Tin hanyalah sebuah bantal belaka yang diletakkan didalam perutnya, sehingga persis seprti orang mengandung. Akan tetapi dalam keputren seorang emban menjerit-jerit bahwa Putri An Liong tin benar-benar mengandung. Setelah dilihat oleh kaisar benar juga adanya. Syarif hidayahtullah menyelinap keluar dari istana dan kembali ke Cirebon.
Putri An Liong Tin berpamitan kepada ayahnya untuk mencari calon suaminya di Cirebon. Dalam pertemuannya di gunung jati putri An Liong tin dinikahi oleh Syarif Hidayahtullah dan di tempatkan di daerah Luragung. Putri An Liong Tin dikenal pula dengan sebutan Ratu Petis, karena gemar makan petis.

Ketika Putri An Liong Tin melahirkan, bayi yang baru dilahirkan meninggal dunia. Karena merasa kehilangan, Putri An Liong Tin mengangkat putra Ki Gede Luragung bernama Arya Kemuning, kemudian namanya menjadi Adipati Arya Kemuning.

Pada saat menginjak usia dewasa, Dipati Arya Kemuning yang telah ditinggal ibunya wafat, pergi ke Gunung Jati untuk ayahandanya Sultan Syarif Hidayahtullah. Sulatan Syarif Hidayatullah menerimanya dengan suka hati, kemudian Dipati Arya kemuning ditugaskan untuk mengundang Suryadarma di Indramayu agar datang ke Gunung Jati.

Sekembalinya Arya Kemuning setelah melaksanakan amanat ayahandanya, karenakelelahan, Dipati Arya Kemuning istirahat untuk melepaskan lelah. Ditempat istirahat Dipati Arya Kemuning itulah sekarang disebutnya Desa Arjawinangun.

Arjawinangun terdiri dari dua kata yaitu ARJA dan WINANGUN. Arja artinya bahagia dan Winangun artinya membangun atau telah selesai melaksanakan tugas.

B. Nama-nama kepala desa Arjawinangun yang diketahui
Nama-nama Kepala Desa Arjawinangun yang di ketahui:
1.        Kuwu Waja                                      :         - 1952
2.        Kuwu Kamal                                   : 1952 – 1935
3.        Kuwu Sarmadi                                :1935 – 1938
4.        Kuwu Jalut                                       :1938 – 1942   
5.        Kuwu Wirya                                     :1942 – 1947
6.        Kuwu Aksari                                    :1947 – 1948
7.        Kuwu Dawud                                   :1949 – 1956
8.        Kuwu Sobari                                   :1956 – 966     
9.        Kuwu SETIAJI                                 :1966 – 1989   
10.      Kuwu kamar                                    :1989 – 1999
11.      Kuwu H. Ichwan                               :1999 – sekarang

      C. Kebudayaan desa Arjawinangun
Jatibarang merupakan pusat perekonomian yang ada di Indramayu, sedangkan untuk pemerintahan berada di Kecamatan Indramayu itu sendiri.[6] Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, namun di beberapa desa seperti JatibarangJatibarang Baru, dan Bulak sebagian besar warganya berprofesi sebagai pedagang, dan karyawan. Jatibarang merupakan pusat perekonomian yang ada di Indramayu, sedangkan untuk pemerintahan berada di Kecamatan Indramayu itu sendiri.[6] Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, namun di beberapa desa seperti JatibarangJatibarang Baru, dan Bulaksebagian besar warganya berprofesi sebagai pedagang, dan karyawan.
Kecamatan Jatibarang sendiri ialah pemasok potensial Pendapatan Asli Daerah Indramayu, terutama di bidang Pajak Bumi dan Bangunan juga pajak lainnya.[6]
Aktivitas keramaian pasar di Indramayu juga terdapat di Kecamatan Jatibarang, bangunan pasar sendiri terletak di Jalan Mayor Sangun Jatibarang bersebelahan dengan Stasiun Kereta Api. Aktivitas pasar terjadi setiap hari selama 24 jam, namun pada hari-hari pasarans seperti hari Minggu dan Rabu, gedung bangunan pasar Jatibarang yang cukup luas tidak mampu menampung lonjakan para penjual dan pembeli, pembeli dan penjual banyak datang dari luar Indramayu, terutama dari wilayah Cirebon, sehingga pasar ini berubah menjadi pasar tumpah yang menempati badan jalan raya dan jalan/gang kecil di pemukiman warga,[7] masyarakat sekitar menyebut hari pasaran ini dengan sebutan mingguan dan reboan.[5]
Aktivitas keramaian pasar di Indramayu juga terdapat di Kecamatan Jatibarang, bangunan pasar sendiri terletak di Jalan Mayor Sangun Jatibarang bersebelahan dengan Stasiun Kereta Api. Aktivitas pasar terjadi setiap hari selama 24 jam, namun pada hari-hari pasarans seperti hari Minggu dan Rabu, gedung bangunan pasar Jatibarang yang cukup luas tidak mampu menampung lonjakan para penjual dan pembeli, pembeli dan penjual banyak datang dari luar Indramayu, terutama dari wilayah Cirebon, sehingga pasar ini berubah menjadi pasar tumpah yang menempati badan jalan raya dan jalan/gang kecil di pemukiman warga,[7] masyarakat sekitar menyebut hari pasaran ini dengan sebutan mingguan dan reboan.[5]

Desa Arjawinangun saat ini masih mengembangkan tari tradisional. Dengan dibuktikannya banyak ditemukannya sanggar-sanggar tari yang berdiri di desa Arjawinangun.



Selain melestarikan seni tari tradisional, desa Arjawinangun juga masih melestarikan kesenian wayang. Kesenian wayang ini sering ditemukan pada saat ada acara khitanan ataupun nikahan, dan pada saat sedekah bumi atau unjungan.


Desa arjawinangun setiap tahunnya pasti merayakan maulid Nabi Muhammad saw dengan membuat acara arak-arakan.

C.  Perkembangan desa Arjawinangun saat ini.
Arjawinangun merupakan salah satu pusat perekonomian yang ada di cirebon, sedangkan untuk pemerintahan berada di Kecamatan arjawinangun itu sendiri.Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, namun di beberapa desa seperti Arjawinangun, bayalangu, sebagian besar warganya berprofesi sebagai pedagang, dan karyawan.
Kecamatan Arjawinangun sendiri ialah pemasok potensial Pendapatan Asli Daerah Cirebon, terutama di bidang Pajak Bumi dan Bangunan juga pajak lainnya.[6]
Aktivitas keramaian pasar di cirebon juga salah satunya terdapat di Kecamatan Arjawinangun, Jatibarang Aktivitas pasar terjadi setiap hari selama 24 jam.


BAB 3
A.  Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat di atas , kami mendapatkan kesimpulan bahwa desa arjawinangun adalah desa yang masih membudayakan adat/kebiasaan dari nenek moyangnya.
B. Saran
Mari tetap lestarikan budaya tradisional kita agar tidak hilang dimakan waktu.
Semoga dengan makalh yang kami buat ini bisa bermanfaat untuk pembacanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar